Kampus ITS - Konon, Green Flame ini terinspirasi dari acara pernikahan milik salah satu teman Ferdi. Dalam pernikahan tersebut, terdapat seperangkat prasmanan yang disediakan. Di tengah acara, tiba-tiba pemanas prasmanan tersebut bermasalah. Spiritusnya habis, sehingga harus ada orang yang mengisi ulang.
Wujud spiritus yang cair membuat banyak cairan yang tumpah. Alhasil, terjadi kebakaran yang membakar prasmanan tersebut. Selain mudah tumpah, spiritus juga tidak efektif. Karena cair, ia mudah mengenai tangan. "Padahal, setelah itu pengurus cattering tersebut harus memegang makanan," tegas Ferdi.
Dari situlah Ferdi terinspirasi untuk melahirkan Green Flame. Dengan telaten Ferdi menjelaskan proses pembuatan alat pembakar gel ini. Dimulai dengan pengental bahan baku yang dicampurkan methanol, kedua bahan itu lalu dimasukkan ke dalam blender untuk di-mix. Proses pencampuran ini bertujuan agar mendapatkan hasil berupa jelly secara tepat. Setelah itu, barulah dilakukan pengemasan. Tak ubahnya kompor gas, jelly Green Flame ini jugat dapat menghasilkan nyala api berwarna biru.
Selain kemasannya yang higienis dan mudah dibawa, keunggulan lain produk ini adalah bentuknya yang gel. Hal ini menjadikan Green Flame tak mudah menguap. "Jika dibiarkan terbuka kalengnya, dua setengah hari baru habis," tutur Ferdi menerangkan. Ferdi menjelaskan, target pasar produk ini sangat luas. Dari TNI dan Polri yang sedang bertugas, cattering, pecinta alam, pramuka, bahkan anak kos pun Ferdi sebutkan sebagai target pasar Green Flame.
Kreativitas Ferdi tak berhenti sampai di situ. Sebagai sarjana yang juga mengalami fase sebagai mahasiswa dan ngekos, Ferdi lalu menciptakan Smart Stove. "Biasanya, anak kos kalo lagi musim hujan seperti ini suka lapar, dan nggak bisa masak,'' sambung Ferdi. Alasannya, tentu saja karena tidak ada kompor dan membawa hitter pun membutuhkan biaya.
Oleh karena itu, terciptalah Smart Stove. Kompor kecil ini diisi dengan bahan bakar Green Flame. Harga yang dipatok Ferdi pun relatif ramah kantong. Satu paket kompor tersebut dijual dengan harga Rp.35000. "Jika sudah punya kompornya, selanjutnya hanya beli refill-nya saja, Rp.8000," lanjutnya. Kemampuan Smart Stove pun tak perlu diragukan. Untuk memasak mi instan misalnya, Smart Stove hanya menghabiskan waktu tak lebih dari 15 menit.
Sudah delapan bulan sejak Green Flame diproduksi. Dalam satu bulan terakhir, produk yang dikeluarkan oleh PT Joy-Fresh International ini telah terjual mencapai sepuluh ribu kaleng. "Kebanyakan dipasarkan di Kalimantan untuk prasmanan," tuturnya.
Sepertinya dewi fortuna benar-benar ada disisi Ferdi bersama Green Flamenya. November lalu, Ferdi diundang menghadiri acara coffee break di TV One terkait dengan produk barunya tersebut. Kali itu, Green Flame, baru saja menjuarai kompetisi Bisnis Technopreneur Inovasi Untuk Kesejahteraan Rakyat 2011 yang digelar oleh Kementerian Riset dan Teknologi RI.
Tak hanya itu, Desember lalu perusahaan milik Ferdi ini telah menginspirasi orang lain lewat acara bertajuk Cara Berpikir Rahasia Wiraswastawan (Caberawit). Sebuah program untuk wirausaha yang tayang di stasiun TV nasional, SCTV.
Bahkan Januari ini pun masih menjadi saat-saat kebanggaan ITS kepada produk baru milik entrepreneur yang mengawali sepak terjangnya lewat Hetric Lamp tersebut. Pasalnya, di awal tahun 2012 ini Green Flame diundang Universitas Ciputra menginspirasi orang lain di Metro TV. "Dibarengi dengan mengingkatkan promosi ke seluruh Indonesia," tutur Ferdi sambil tersenyum.
Berbagai penghargaan pun disabet Ferdi lewat produk baru ini. Diantaranya juara 2 Start Up Icon Regional Jawa Timur oleh Honda New Wave Marketeers 2011 dan Special Award Inspiring Business oleh E-Ideas British Council Indonesia 2011.
Wujud spiritus yang cair membuat banyak cairan yang tumpah. Alhasil, terjadi kebakaran yang membakar prasmanan tersebut. Selain mudah tumpah, spiritus juga tidak efektif. Karena cair, ia mudah mengenai tangan. "Padahal, setelah itu pengurus cattering tersebut harus memegang makanan," tegas Ferdi.
Dari situlah Ferdi terinspirasi untuk melahirkan Green Flame. Dengan telaten Ferdi menjelaskan proses pembuatan alat pembakar gel ini. Dimulai dengan pengental bahan baku yang dicampurkan methanol, kedua bahan itu lalu dimasukkan ke dalam blender untuk di-mix. Proses pencampuran ini bertujuan agar mendapatkan hasil berupa jelly secara tepat. Setelah itu, barulah dilakukan pengemasan. Tak ubahnya kompor gas, jelly Green Flame ini jugat dapat menghasilkan nyala api berwarna biru.
Selain kemasannya yang higienis dan mudah dibawa, keunggulan lain produk ini adalah bentuknya yang gel. Hal ini menjadikan Green Flame tak mudah menguap. "Jika dibiarkan terbuka kalengnya, dua setengah hari baru habis," tutur Ferdi menerangkan. Ferdi menjelaskan, target pasar produk ini sangat luas. Dari TNI dan Polri yang sedang bertugas, cattering, pecinta alam, pramuka, bahkan anak kos pun Ferdi sebutkan sebagai target pasar Green Flame.
Kreativitas Ferdi tak berhenti sampai di situ. Sebagai sarjana yang juga mengalami fase sebagai mahasiswa dan ngekos, Ferdi lalu menciptakan Smart Stove. "Biasanya, anak kos kalo lagi musim hujan seperti ini suka lapar, dan nggak bisa masak,'' sambung Ferdi. Alasannya, tentu saja karena tidak ada kompor dan membawa hitter pun membutuhkan biaya.
Oleh karena itu, terciptalah Smart Stove. Kompor kecil ini diisi dengan bahan bakar Green Flame. Harga yang dipatok Ferdi pun relatif ramah kantong. Satu paket kompor tersebut dijual dengan harga Rp.35000. "Jika sudah punya kompornya, selanjutnya hanya beli refill-nya saja, Rp.8000," lanjutnya. Kemampuan Smart Stove pun tak perlu diragukan. Untuk memasak mi instan misalnya, Smart Stove hanya menghabiskan waktu tak lebih dari 15 menit.
Sudah delapan bulan sejak Green Flame diproduksi. Dalam satu bulan terakhir, produk yang dikeluarkan oleh PT Joy-Fresh International ini telah terjual mencapai sepuluh ribu kaleng. "Kebanyakan dipasarkan di Kalimantan untuk prasmanan," tuturnya.
Sepertinya dewi fortuna benar-benar ada disisi Ferdi bersama Green Flamenya. November lalu, Ferdi diundang menghadiri acara coffee break di TV One terkait dengan produk barunya tersebut. Kali itu, Green Flame, baru saja menjuarai kompetisi Bisnis Technopreneur Inovasi Untuk Kesejahteraan Rakyat 2011 yang digelar oleh Kementerian Riset dan Teknologi RI.
Tak hanya itu, Desember lalu perusahaan milik Ferdi ini telah menginspirasi orang lain lewat acara bertajuk Cara Berpikir Rahasia Wiraswastawan (Caberawit). Sebuah program untuk wirausaha yang tayang di stasiun TV nasional, SCTV.
Bahkan Januari ini pun masih menjadi saat-saat kebanggaan ITS kepada produk baru milik entrepreneur yang mengawali sepak terjangnya lewat Hetric Lamp tersebut. Pasalnya, di awal tahun 2012 ini Green Flame diundang Universitas Ciputra menginspirasi orang lain di Metro TV. "Dibarengi dengan mengingkatkan promosi ke seluruh Indonesia," tutur Ferdi sambil tersenyum.
Berbagai penghargaan pun disabet Ferdi lewat produk baru ini. Diantaranya juara 2 Start Up Icon Regional Jawa Timur oleh Honda New Wave Marketeers 2011 dan Special Award Inspiring Business oleh E-Ideas British Council Indonesia 2011.
1 komentar:
mantap tu gannn boleh di cba nih ikut mempopulerkn green flame
Posting Komentar